Situs Warisan Dunia UNESCO Di Indonesia – Indonesia memiliki beberapa situs warisan UNESCO. Indonesia bukan hanya punya satu, tapi sembilan Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Warisan Dunia UNESCO atau disebut Situs Warisan Dunia UNESCO adalah tempat atau landmark khusus yang telah ditetapkan sebagai program warisan dunia internasional.
Situs Warisan Dunia UNESCO Di Indonesia
surlerythme – Tempat ini juga dikelola langsung oleh Administrasi Dunia UNESCO. Berikut 9 Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia:
1. Hutan hujan tropis Sumatera
Hutan hujan tropis Sumatera telah menjadi situs warisan budaya UNESCO sejak tahun 2011. Tempat ini berfungsi menyerap karbon dioksida dari udara, menyimpannya dan menghasilkan oksigen.
Luas hutan hujan tropis Sumatera adalah 2,5 juta hektar dan terdiri dari tiga taman nasional di Sumatera, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tempat ini juga menjadi rumah bagi berbagai jenis tumbuhan endemik seperti tumbuhan karnivora, bunga terbesar di dunia, Rafflesia Arnoldi, dan bunga tertinggi , Amorphophallus titanum. Selain keanekaragaman hayati yang tinggi, hutan hujan tropis Sumatera juga menjadi sumber penghidupan masyarakat yang tinggal di sana. Beberapa suku mendiami hutan hujan tropis Sumatera, antara lain suku Mentawai dan suku Anak Dalam.
Ciri khas hutan hujan tropis adalah pepohonannya mempunyai batang yang tinggi. Selain itu, hutan dan sekitarnya memiliki curah hujan yang tinggi, suhu yang stabil, serta dedaunan pohon yang hijau dan luas.
2. Kawasan Candi Borobudur
Kawasan Candi Borobudur ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia pada tanggal 13 Desember 1991. Kutipan dari website Budaya.kemdikbud.go.id: Terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bangunan candi mulai dibangun pada tahun 775 Masehi. sampai tahun 832 M oleh Raja Samaratungga pada masa Dinasti Syailendra.
Candi ini dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana. Sedangkan untuk bangunannya, Candi Borobudur memiliki panjang 121,66 meter, lebar 121,38 meter, dan tinggi 35,40 meter.
3. Kawasan Candi Prambanan
Sama seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan diresmikan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia pada tanggal 13 Desember 1991. Candi Prambanan mempunyai sejarah yang sangat melegenda. Menarik. Pembangunannya dikenal di Bandung Bandawasa atas permintaan Roro Jonggrang. Saat itu, Rara Jonggrang Bandung memberi waktu satu hari kepada Bondowoso untuk membangun candi.
4. Museum Manusia Purba Sangiran
Museum Manusia Purba Sangiran memamerkan puluhan ribu fosil berusia 2 juta tahun. Namun, beberapa fosil masih relatif utuh. Untuk melestarikan berbagai jenis fosil yang ada, Museum Manusia Purba Sangiran memiliki luas 56 km² yang meliputi tiga kecamatan di Sragen yaitu Gemolong, Kalijambe dan Plupuh. Selain itu, ada juga Kecamatan Gondangrejo yang merupakan bagian dari Kabupaten Karanganyar.
Baca Juga : Rekomendasi Tas Selempang Anak
Museum Sangiran dan websitenya menyajikan informasi lengkap mengenai pola kehidupan manusia purba di Pulau Jawa yang berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan seperti antropologi, arkeologi, geologi, dan paleoantropologi. Di situs Sangiran ini, arkeolog Jerman Profesor von Koenigswald juga pertama kali menemukan fosil rahang bawah Homo erectus.
Yang lebih menarik lagi, jejak-jejak peninggalan yang berumur antara 2 juta hingga 200.000 tahun yang lalu masih dapat ditemukan di kawasan situs Sangiran. Bahkan relatif utuh. Sehingga para ahli bisa menjalin benang merah dari cerita yang terjadi silih berganti di Sangiran.
Warisan Dunia
5. Sistem Subak Bali
Subak adalah organisasi masyarakat yang khusus mengatur sistem irigasi untuk budidaya padi di Bali, Indonesia. Subak umumnya mempunyai pura bernama Pura Uluncarik atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh pemilik tanah dan petani. Pura ini dipersembahkan untuk Dewi Sri, dewi kekayaan dan kesuburan menurut kepercayaan masyarakat Bali. Sistem irigasi ini diatur oleh seorang tokoh adat (Pekaseh) yang juga seorang petani di Bali.
Sistem Subak telah menjadi salah satu ciri khas masyarakat Bali. Sistem irigasi ini berkembang di bawah pengaruh nilai-nilai agama Hindu yang kuat dan membentuk kearifan lokal yang memungkinkan masyarakat pertanian Bali dapat selaras dengan alam dan mencapai hasil panen yang optimal.
Dalam kajian sejarah, Subak sudah dikenal masyarakat Bali sejak abad ke-9 Masehi. Subak merupakan sistem swadaya masyarakat yang mengatur distribusi aliran irigasi yang mengairi setiap sawah. Sistem ini dikelola melalui kelompok dan tingkatan, disertai dengan pembagian peran tertentu untuk setiap anggota.
Kelebihan Subak sendiri terletak pada ketergantungannya terhadap air untuk irigasi dan juga disatukan dengan keberadaan Pura Subak. Subak terikat pada kepentingan fisik dan mental. Selain sistem strukturnya, Subak juga mempunyai kekhasan tersendiri dalam hal upacara keagamaan yang berlangsung di dalamnya. Dalam Subak terdapat ritual yang berlaku ritual perorangan dan ritual kelompok. Untuk itu Subak melakukan berbagai kegiatan ritual di tingkat petani, tingkat Subak dan di pura-pura lainnya yang berkaitan dengan sumber air Subak yang bersangkutan. Kegiatan ritual ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tri Hita Karana dalam Subak.
Sistem Subak diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tanggal 29 Juni 2012 di kota St. Petersburg, Rusia. UNESCO mengakui Subak sebagai situs warisan dunia setelah pemerintah Indonesia memperjuangkannya selama 12 tahun. Subak memenuhi persyaratan yang ditetapkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia yaitu Subak merupakan tradisi budaya yang menjadi ciri khas bentang alam pulau Bali, bentang alam Bali merupakan bukti luar biasa sistem Subak dan berbagai ritual yang dilakukan di pura Subak mengaitkannya dengan keberadaan Pura Subak dengan pelaksanaan pengelolaan irigasi.
6. Tambang Batubara Ombilin-Sawahlunto
Tambang Batubara Ombilin-Sawahlunto yang terletak di Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera Barat, ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 10 Juli 2019. Alasan penunjukan ini mencakup tiga hal, yaitu tambang batubara Ombilin Sawahlunto menampilkan perkembangan teknologi pionir dari abad ke-19 yang menggabungkan pengetahuan teknik pertambangan Eropa dengan pengetahuan lingkungan lokal, praktik tradisional dan nilai-nilai budaya dalam penambangan batubara masyarakat Barat. Sumatra.
Selain itu, terdapat juga hubungan sistemik antara industri pertambangan batu bara, sistem kereta api, dan pelabuhan, yang memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial di Sumatera dan di seluruh dunia. Alasan ketiga, penamaan tambang batubara Ombilin Sawahlunto menggambarkan interaksi sosial dan budaya yang dinamis antara dunia Timur dan Barat, yang berhasil mengubah wilayah pertambangan terpencil menjadi kawasan perkotaan yang dinamis dan terintegrasi yang terdiri dari kelompok multietnis dan multinasional daerah etnis. Komunitas keagamaan.
7. Taman Nasional Komodo
Taman Nasional Komodo merupakan taman nasional yang bertujuan untuk melindungi kehidupan biawak Komodo (Varanus komodoensis) dan lingkungan alamnya. Selain itu kuda, rusa, ular, banteng liar, babi hutan jantan, kera, berbagai jenis burung dan biota laut juga banyak ditemukan di tempat ini. Wilayahnya meliputi tiga pulau besar mulai Komodo, Padar dan Rinca, serta 26 pulau kecil.
8. Taman Nasional Lorentz
Taman Nasional Lorentz di Papua bertugas melindungi buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya air tawar Irlandia (C. novaeguineae). Selain itu, tempat ini juga diyakini sebagai tempat tinggal suku Nduga, Dani Barat, Amungme, Sempan, dan Asmat.
9. Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Semenanjung Ujung Kulon, bagian paling barat pulau Jawa, Indonesia. Kawasan taman nasional ini awalnya meliputi kawasan Krakatau dan beberapa pulau kecil di dekatnya, seperti Pulau Handeuleum, Pulau Peucang, dan Pulau Panaitan. Kawasan taman nasional ini memiliki luas kurang lebih 122.956 hektar; (443 km²nya adalah laut), yang terbentang dari tanah genting semenanjung Ujung Kulon hingga Samudera Hindia.
Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di Indonesia, dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991 karena wilayahnya termasuk hutan lindung yang sangat luas. Saat ini terdapat sekitar 50-60 ekor badak yang hidup di habitat tersebut. Ujung Kulon awalnya merupakan kawasan pertanian hingga hancur total dan seluruh penduduknya musnah ketika gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883, yang akhirnya mengubah kawasan ini menjadi hutan.