Kesenian Wayang Kulit Yang Harus Dilestarikan – Indonesia adalah negara kaya. Salah satunya adalah kekayaan budaya dan seni masing-masing daerah. Di setiap daerah di Indonesia selalu terdapat kesenian unik yang dapat melambangkan atau menggambarkan daerah tersebut.
Kesenian Wayang Kulit Yang Harus Dilestarikan
surlerythme – Tahukah Anda, ada juga beberapa kesenian khas Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh dunia. Tidak mengherankan, bahkan orang asing pun mengetahui langsung beberapa karya seni Indonesia. Artinya mereka mengenal seni Budaya Indonesia melalui apa yang mereka lihat secara langsung dan bukan hanya melalui informasi dari internet.
Wayang Kulit merupakan salah satu contoh kesenian Indonesia yang masih dilestarikan sebagai aset budaya. Bagi masyarakat khususnya di wilayah Jawa, keberadaan wayang kulit juga menjadi salah satu seni budaya yang biasa ditampilkan pada berbagai hari penting atau acara tertentu seperti pernikahan.
Kisah Wayang Kulit
Wayang Kulit merupakan salah satu kesenian tradisional yang lahir, dibesarkan dan dikembangkan saat ini. Khususnya di wilayah Jawa, kesenian wayang kulit masih tersebar luas dan mudah dijumpai pada acara-acara tertentu seperti pesta pernikahan atau acara tahunan di suatu desa. Jika dicermati, wayang kulit bukan sekedar seni pertunjukan. Namun seni wayang kulit merupakan sarana merenungi pikiran spiritual para dewa.
Istilah wayang sendiri berasal dari kata ma hyang yang berarti “kepada kekuatan spiritual Yang Maha Kuasa”. Namun ada pula yang mengartikan istilah wayang sebagai suatu teknik pertunjukan yang didasarkan pada bayangan (bayangan atau wayang) pada layar yang digunakan. Oleh karena itu, wayang biasanya menggunakan kulit kerbau. Selama ini bisa dikatakan kulit kerbau juga paling banyak digunakan dalam pembuatan wayang.
Dalam proses pementasannya sendiri, pertunjukan Kesenian Wayang Kulit Yang Harus Dilestarikan dibawakan oleh seorang yang sering disebut dengan dalang. Pertunjukan seni wayang hanya akan lengkap bila diiringi gamelan. Mereka yang memainkan gamelan bisa juga disebut nayaga. Selain itu, ada pula pertunjukan Sinden dalam Wayang. Nantinya, para Sindi akan menyanyikan berbagai lagu dalam pertunjukan wayang kulit yang juga diiringi musik gamelan.
Jadi dapat dikatakan bahwa dalam pertunjukan wayang secara keseluruhan ada seorang dalang yang memainkan wayang sesuai dengan cerita yang disajikan. Kemudian ada nayaga yang bertugas memainkan alat musik gamelan dan beberapa sinden yang bertugas menyanyikan lagu-lagu pada saat pertunjukan wayang kulit. Perlu diketahui bahwa setiap bagian dalam pementasan wayang golek juga mempunyai simbol dan makna tersendiri. Apalagi jika melihat sejarah. Biasanya cerita boneka mempunyai makna budi pekerti yang luhur, saling mencintai dan menghormati orang lain.
Bahkan terkadang dalam cerita animasi yang dilontarkan terdapat kritik sosial. Pertunjukan wayang bukan sekedar menyajikan cerita yang serius. Namun ada juga bagian seru yang sering disebut dengan goro-goro. Bisa juga meringankan suasana serius dalam pertunjukan boneka. Kehadiran Goro-Goro juga merupakan suatu hal yang menarik dan menjadi daya tarik tersendiri dalam seni pedalangan. Tak heran jika banyak penonton pertunjukan wayang kulit yang menantikan penampilan goro goro dalam sebuah pertunjukan wayang kulit.
Cerita yang menelusuri asal usul wayang kulit di Indonesia juga cukup beragam. JLA Brandes, GAJ Hazeu, J Kats, Anker Rentse dan banyak peneliti lainnya meyakini Wayang berasal dari pulau Jawa. Kemudian berdasarkan penelitian R. Pichel, Poensen, Goslings dan Rassers menjelaskan bahwa wayang berasal dari India. Kalau ada penjelasan dari penelitian J Krom dan WH Rassers bahwa Wayang muncul dari percampuran budaya Jawa dan India.
Kesenian Wayang Kulit
G Schlegel mengatakan Wayang berasal dari Tiongkok. Profesor. Kasidi Hadiprayitno dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengatakan wayang sudah ada jauh sebelum abad ke-9. Dijelaskannya juga, pada masa Majapahit wayang juga mulai berkembang meski bentuknya belum sama dengan wayang masa kini. Jika dicermati, ternyata Indonesia bukan hanya tentang wayang kulit saja. Namun ada beberapa bentuk wayang yang sangat populer di daerah asalnya. Karya Pandam Guritno yang berjudul Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila (1988) menjelaskan bahwa jenis wayang di setiap daerah berbeda-beda. Seperti di Jawa, ada berbagai jenis wayang di Bali, Lombok, Kalimantan, dan Sumatera.
Di Pulau Jawa sendiri terdapat Boneka Beber, Boneka Gedog, Boneka Golek, Boneka Jemblung, Boneka Klithik (Boneka Clitic), Boneka Karucil (Boneka Krucil), Boneka Langendria, Boneka Lilingong dan Boneka Lumping , Boneka Madya, Boneka Pegon, Wayang Purwa, Wayang Puwara, Wayang Sasak, Wayang Topeng dan Wayang Wong atau Wayang Orang. Di Bali masyarakat mengenal Wayang Gambuh, Wayang Parwa dan Wayang Ramyana. Lombok punya Wayang Sasak, Kalimantan punya Wayang Banjar, dan Sumatera punya Wayang Palembang.
Sebagian besar alur cerita wayang adalah kisah Mahabarata, Ramayana, dan Panji. Pada tahun 2003, UNESCO menobatkan Wayang Kulit sebagai salah satu situs warisan budaya terindah dan berharga di Indonesia.
Dalang dalam wayang kulit
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pementasan Wayang Kulit memerlukan dukungan. Salah satunya adalah dalang. Dalang sendiri bila dimainkan adalah seseorang yang mempunyai keahlian memainkan wayang berdasarkan cerita yang dibawakannya.
Dikutip dari laman resmi Wikipedia.com: Kata dalang berasal dari kata dahyang yang berarti penyembuh berbagai penyakit. Jadi tugas dalang adalah sutradara, dramawan, narator, tokoh, pencipta lagu pengiring, “penyanyi”, sutradara, penari dan sebagainya. Ringkasnya, dalang adalah orang yang mempunyai banyak keterampilan, ia juga seorang manajer, minimal pemimpin pertunjukan bagi komponen-komponennya (penyanyi dan pemusik).
Baca Juga : Budaya Unik Di Jepang
Pengalaman seorang dalang biasanya didasarkan pada bakat yang diwariskan nenek moyangnya. Dapat dikatakan bahwa anak dalang dapat menekuni profesi dalang tanpa perlu menempuh pendidikan formal. Mereka mendapat pembelajaran langsung dari ayahnya yang berperan sebagai dalang, mulai dari membawa perlengkapan, menyiapkan panggung, menyiapkan wayang (nyimping), menjadi pemusik, atau duduk di belakang ayahnya untuk membantu persiapan wayang. untuk membantu pertunjukan.
Dalam kurun waktu yang cukup lama, mulai dari masa kanak-kanak hingga remaja, hingga mereka mengikuti ayahnya yang seorang dalang. Mereka juga mendapatkan wawasan praktis mengenai proses pedalangan. Rata-rata ketika sudah dewasa, mereka sudah bisa menjadi dalang sebagai penerus nenek moyang. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua anak dalang menjadi dalang. Sebab sebagian dalang mempunyai gaya hidup tersendiri di luar profesi dalang, misalnya dengan menjadi PNS, pekerja swasta, militer atau profesi lainnya.
Seiring berjalannya waktu telah bermunculan sekolah-sekolah untuk profesi dalang, bahkan di tingkat SMA dan Universitas. Sebagaimana Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta atau yang saat ini disebut Institut Seni Indonesia Surakarta yang memiliki jurusan pedalangan berhasil mencetak lulusan pedalangan yang tidak hanya memiliki pengalaman dalam bidang pedalangan.
Tetapi mereka juga memiliki visi yang luar biasa, yang diimbangi dengan pemikiran kritis. Dan dari adanya perguruan tinggi yang menawarkan jurusan pedalangan lahirlah dalang handal yang bukan keturunan dari seorang dalang. Mereka bisa menjadi dalang handal dan profesional karena kemauan belajarnya yang kuat.
Gamelan dalam wayang kulit
Sebelum berbicara tentang Gamelan, ada baiknya Anda juga mengenal Pakeliran. Karena gamelannya sendiri terdapat di dalam pakeliran. Pakeliran merupakan bunyi vokal atau instrumental yang dapat digunakan untuk menunjang suasana pertunjukan wayang yang akan dipentaskan. Adanya pakeliran juga membuat tekstur pertunjukan wayang menjadi lebih khas.
Beberapa unsur yang terdapat dalam pakeliran adalah gamelan, sinden, penyanyi pria, pemain gamelan, lagu karawitan yang dibawakan dan tentunya semuanya disesuaikan dengan pertunjukan wayang. Jadi untuk gamelan sendiri merupakan musik pengiring dalam pertunjukan wayang. Gamelan dimainkan dengan nada pelog atau slendro yang kemudian disesuaikan dengan suasana wayang yang dimainkan.
Keberadaan musik gamelan juga menjadi salah satu cara penyampaian nilai-nilai yang terkandung dalam pertunjukan wayang. Selain itu, gaya musik gamelan dalam wayang berbeda dengan gaya musik gamelan dalam pertunjukan tari dan lagu Karawitan biasa.
Dalam perkembangan kostum Jawa, musik gamelan digunakan sebagai unsur hiburan bagi kalangan bangsawan. Seiring berjalannya waktu, musik gamelan dalam pertunjukan wayang dipadukan dengan musik modern sehingga menghasilkan pertunjukan kontemporer. Kelompok gamelan juga mencakup banyak alat musik tradisional yang mengiringi pertunjukan wayang. Siapa pun yang pernah melihat teater boneka pasti tahu banyak alat musik tradisional yang digunakan.